Mums, menyimpan ASI perah adalah langkah penting untuk memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi optimal ketika Mums sedang tidak ada di dekatnya. Namun, sering kali muncul masalah mengenai bau tak sedap yang terkadang tercium dari ASI yang telah disimpan, terutama jika penyimpanannya tidak tepat. Bau ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kebersihan wadah hingga cara penyimpanan. Untuk mencegah masalah ini, berikut tips menyimpan ASI perah agar tidak berbau, sehingga kualitas ASI tetap terjaga dan aman untuk bayi.
1. Kebersihan Adalah Kunci Utama
Sebelum Mums mulai memerah dan menyimpan ASI, sangat penting untuk menjaga kebersihan tangan, peralatan, dan wadah yang akan digunakan. Pastikan semua peralatan seperti pompa ASI, botol atau kantong ASI, sudah disterilkan sebelum digunakan. Kebersihan ini bukan hanya mencegah bau pada ASI, tetapi juga menjaga sterilisasi ASI agar terhindar dari kontaminasi bakteri.
Langkah-langkah membersihkan peralatan ASI:
- Cuci tangan Mums dengan sabun sebelum memerah ASI.
- Gunakan air panas untuk membersihkan semua bagian pompa ASI, botol, dan peralatan lainnya.
- Pilih wadah penyimpanan yang bebas BPA dan terbuat dari bahan yang aman untuk makanan (food grade).
- Sterilkan peralatan menggunakan sterilizer atau merebusnya dalam air mendidih selama beberapa menit.
Fakta menarik: Sebagian besar bau yang muncul dari ASI perah yang disimpan berasal dari kontaminasi bakteri yang ada pada peralatan atau wadah yang kurang bersih. Menjaga kebersihan ini bisa mengurangi kemungkinan munculnya bau.
2. Simpan ASI Dalam Kondisi Segera Setelah Dipompa
ASI perah sebaiknya disimpan segera setelah dipompa untuk menjaga kualitas dan mencegahnya terkontaminasi oleh udara. Jika Mums berencana untuk menggunakannya dalam waktu dekat, simpan ASI di bagian tengah kulkas dengan suhu 4°C. Namun, jika ASI tidak akan digunakan dalam beberapa hari, Mums bisa menyimpannya di freezer dengan suhu minimal -18°C.
Menurut pedoman dari American Academy of Pediatrics, ASI perah dapat bertahan selama:
- 4 jam pada suhu ruangan,
- 4 hari di dalam kulkas,
- 6-12 bulan di dalam freezer yang stabil.
3. Pilih Wadah Penyimpanan yang Tepat
Penggunaan wadah penyimpanan yang tepat juga sangat penting untuk mencegah ASI berbau. Gunakan kantong khusus ASI atau botol kaca untuk penyimpanan jangka panjang. Hindari penggunaan wadah plastik biasa karena plastik bisa menyerap bau dan memengaruhi rasa serta aroma ASI.
Beberapa kriteria wadah yang tepat untuk menyimpan ASI:
- Kedap udara: Pastikan wadah yang digunakan dapat disegel dengan rapat untuk mencegah udara masuk.
- Bebas BPA: Bahan plastik yang mengandung BPA dapat memengaruhi kualitas ASI dan kesehatan bayi.
- Tahan suhu beku: Pilih kantong atau botol yang tahan terhadap perubahan suhu ekstrem, terutama saat Mums memindahkan ASI dari kulkas ke freezer.
Catatan: Jangan mengisi botol atau kantong ASI terlalu penuh karena ASI akan mengembang saat dibekukan.
4. Hindari Perubahan Suhu yang Mendadak
Perubahan suhu yang mendadak dapat memengaruhi kualitas ASI perah dan menyebabkan munculnya bau. Saat mengambil ASI dari kulkas atau freezer, hindari menempatkannya di tempat dengan suhu tinggi secara langsung. Sebaiknya biarkan ASI mencair secara perlahan di dalam kulkas sebelum digunakan.
Tips:
- Jika Mums perlu menghangatkan ASI, gunakan pemanas botol ASI atau rendam botol dalam air hangat. Hindari menggunakan microwave karena dapat menghancurkan kandungan nutrisi dalam ASI.
5. Atur Freezer dengan Tepat
Untuk penyimpanan jangka panjang, ASI sebaiknya disimpan di freezer yang tidak sering dibuka-tutup. Freezer yang sering dibuka dapat mengalami perubahan suhu, yang bisa memengaruhi kualitas ASI. Idealnya, Mums bisa menggunakan freezer ASI berkapasitas besar atau freezer terpisah yang tidak digunakan untuk menyimpan makanan lain.
Freezer khusus akan menjaga stabilitas suhu dan mengurangi kemungkinan terkontaminasinya ASI dengan bau dari makanan lainnya yang disimpan di dalam freezer.
6. Cegah Bau dengan Mengatasi Enzim Lipase
Beberapa Mums mungkin mengalami masalah bau tengik pada ASI meskipun penyimpanan sudah dilakukan dengan benar. Bau ini sering kali disebabkan oleh aktivitas enzim lipase yang memecah lemak dalam ASI. Meskipun ASI tetap aman dikonsumsi, beberapa bayi mungkin menolak ASI dengan bau tengik.
Untuk mencegah hal ini, Mums bisa memanaskan ASI hingga mendidih sebentar sebelum menyimpannya di freezer. Ini akan mengurangi aktivitas lipase tanpa mengurangi nutrisi ASI.
Langkah-langkah untuk menonaktifkan lipase:
- Panaskan ASI hingga sedikit mendidih.
- Dinginkan dengan cepat.
- Simpan ASI di kantong atau botol dan letakkan di freezer.
7. Labeli Setiap Wadah dengan Tanggal
Agar ASI tetap segar, selalu gunakan sistem FIFO (First In, First Out), yaitu menggunakan ASI yang pertama kali disimpan terlebih dahulu. Beri label pada setiap wadah dengan tanggal dan jam penyimpanan agar Mums tahu ASI mana yang harus digunakan lebih dulu. Dengan demikian, Mums bisa memastikan bahwa ASI yang diberikan kepada bayi adalah yang paling segar dan tidak berbau.
8. Pola Makan Mums Juga Berpengaruh
Makanan yang dikonsumsi Mums dapat memengaruhi rasa dan bau ASI. Beberapa makanan dengan bau kuat, seperti bawang putih, makanan berlemak tinggi, dan rempah-rempah tertentu, bisa mengubah aroma ASI. Mums perlu memerhatikan pola makan sehari-hari jika ingin mencegah ASI berbau.
Fakta menarik: Meskipun makanan berpengaruh pada aroma ASI, tidak semua bayi akan terganggu dengan perubahan rasa atau bau. Namun, jika bayi tampak menolak ASI, Mums bisa mencoba mengatur pola makan untuk melihat apakah ada perbedaan.
Kesimpulan
Menjaga ASI perah tetap segar dan bebas bau memerlukan perhatian khusus pada kebersihan, suhu penyimpanan, dan cara menyimpan ASI. Dengan mengikuti tips menyimpan ASI perah agar tidak berbau di atas, Mums dapat memastikan ASI tetap berkualitas baik dan tidak berbau ketika diberikan kepada bayi.
Jika Mums membutuhkan penyimpanan yang lebih besar untuk ASI, Mum ‘N Hun menyediakan layanan sewa freezer ASI yang cocok untuk Mums yang ingin menyimpan ASI dalam jumlah banyak dan dalam jangka panjang. Kunjungi Mum ‘N Hun untuk informasi lebih lanjut!
Referensi: World Health Organization. (2021). Breastfeeding Recommendations and Guidelines. Diakses dari: https://www.who.int/
Rekomendasi Artikel Lainnya: