
Halo Mums!
Pernah nggak, Mums, merasa ASI yang keluar begitu banyak sampai si Kecil malah tersedak saat menyusu? Atau payudara terasa penuh terus-menerus bahkan setelah dipompa? Wah, bisa jadi Mums sedang mengalami sindrom hiperlaktasi — kondisi di mana tubuh memproduksi too much milk, alias produksi ASI berlebih dari kebutuhan bayi.
Sekilas, kedengarannya seperti “masalah yang menyenangkan,” ya? Tapi nyatanya, kondisi ini bisa bikin Mums dan si Kecil sama-sama tidak nyaman. Nah, di artikel ini, kita akan bahas tuntas tentang apa itu sindrom hiperlaktasi, kenapa bisa terjadi, dan tentu saja bagaimana cara mengatasinya — termasuk solusi penyimpanan ASI yang praktis kalau stoknya menumpuk di rumah!
Apa Itu Sindrom Hiperlaktasi?
Secara sederhana, sindrom hiperlaktasi adalah kondisi ketika kelenjar payudara memproduksi ASI dalam jumlah jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan bayi. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara foremilk (ASI awal yang encer) dan hindmilk (ASI akhir yang lebih kental dan bergizi).
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), kondisi ini bisa membuat bayi sulit mencerna ASI karena terlalu banyak foremilk, yang tinggi laktosa. Dampaknya, si Kecil bisa sering kembung, rewel, atau bahkan mengalami gumoh berlebihan.
Tanda-tanda sindrom hiperlaktasi antara lain:
ASI menyembur kuat saat let-down reflex.
Payudara terasa sangat penuh dan nyeri.
Si Kecil sering tersedak saat menyusu.
Bayi sering kentut, rewel, atau tampak tidak puas setelah menyusu.
Produksi ASI tetap banyak meskipun tidak sering menyusui.
Penyebab Sindrom Hiperlaktasi: Kenapa Bisa Terjadi?
Mums, tubuh kita sebenarnya sangat “pintar.” Produksi ASI diatur oleh mekanisme supply and demand — makin sering disusui, makin banyak produksi. Tapi pada beberapa ibu, sistem ini bisa “overaktif”.
Beberapa penyebab umumnya antara lain:
Terlalu sering memompa ASI untuk stok, terutama di awal masa menyusui.
Stimulasi berlebihan, misalnya dari pompa ganda dengan daya hisap tinggi.
Ketidakseimbangan hormon prolaktin yang membuat produksi ASI meningkat drastis.
Faktor genetik atau tubuh yang memang sensitif terhadap rangsangan menyusui.
Selain itu, sebagian Mums juga mengalami oversupply karena stres, kurang istirahat, atau penggunaan obat tertentu yang meningkatkan hormon prolaktin.
Dampak Hiperlaktasi untuk Mums dan Bayi
Meski terlihat seperti “masalah baik”, nyatanya hiperlaktasi bisa membuat proses menyusui jadi menantang, lho.
Untuk Mums:
Payudara sering terasa nyeri atau bengkak.
Risiko mastitis atau saluran ASI tersumbat meningkat.
Tidur terganggu karena ASI terus menetes.
Untuk Bayi:
Sulit menyusu karena aliran ASI terlalu deras.
Sering gumoh, kembung, atau buang air besar berbusa.
Berat badan bisa naik terlalu cepat atau justru fluktuatif.
Jadi, meskipun ASI banyak itu membahagiakan, keseimbangan tetap penting agar Mums dan si Kecil sama-sama nyaman.
Cara Mengatasi Sindrom Hiperlaktasi Secara Alami
Kabar baiknya, Mums, kondisi ini bisa diatasi tanpa harus panik. Berikut langkah-langkah yang bisa membantu:
Susui dari satu payudara per sesi
Cara ini membantu tubuh mengatur produksi dan memberi waktu payudara satunya untuk “beristirahat.”Kurangi sesi pumping yang tidak perlu
Fokus pada jadwal menyusui alami agar tubuh menyesuaikan kebutuhan bayi.Gunakan posisi menyusui menurun (laid-back nursing)
Posisi ini membantu aliran ASI lebih terkendali, sehingga bayi tidak tersedak.Kompres dingin setelah menyusui
Membantu mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri.Simpan ASI berlebih dengan aman!
Nah, ini yang sering jadi tantangan utama. Saat stok ASI berlebih, Mums butuh tempat penyimpanan yang memadai dan higienis. Freezer ASI khusus dengan suhu stabil bisa jadi penyelamat, apalagi jika Mums tinggal di daerah dengan listrik sering on-off.
Tips Menyimpan ASI Berlebih agar Tetap Aman
Kalau Mums punya stok melimpah karena sindrom hiperlaktasi, pastikan penyimpanan dilakukan dengan benar agar nutrisi ASI tidak rusak.
Berikut panduannya:
Gunakan kantong ASI steril dan beri label tanggal pemompaan.
Simpan di freezer bersuhu -18°C atau lebih rendah.
Jangan mencampur ASI baru dan lama dalam satu wadah.
Gunakan sistem FIFO (First In, First Out) — gunakan ASI yang disimpan paling lama lebih dulu.
Hindari membuka tutup freezer terlalu sering agar suhu tetap stabil.
Jadikan ASI Melimpah Sebagai Berkah, Bukan Beban
Mums, sindrom hiperlaktasi memang bisa bikin repot, tapi dengan manajemen yang tepat, kondisi ini bisa jadi berkah. Salah satunya dengan menyimpan ASI berlebih di tempat yang aman dan higienis.
Nah, kalau Mums sedang kebingungan mencari freezer ASI berkualitas tanpa harus beli baru, solusi paling praktis adalah menyewa freezer ASI dari Mum ‘N Hun. Sejak 2010, Mum ‘N Hun telah membantu ratusan ibu menyusui di Jabodetabek menjaga stok ASI tetap segar, aman, dan siap digunakan kapan saja.
💡 Yuk, intip solusi freezer ASI anti ribet dari Mum ‘N Hun di sini!
Karena dengan penyimpanan yang tepat, setiap tetes ASI Mums bisa jadi sumber nutrisi terbaik untuk si Kecil — tanpa rasa khawatir lagi. 💖
Apakah Mums ingin baca lebih lanjut? Coba juga artikel kami:
Penulis: Santika Reja
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: November 10, 2025

