Sewa Freezer ASI | Mum 'N Hun

Bakteri dalam ASI Perah: Fakta, Pencegahan & Cara Menyimpan yang Aman

a close up of an animal cell with a yellow substance
Ilustrasi bakteri dalam ASI perah. Foto: National Institute of Allergy and Infectious Diseases

Mums pasti pernah bertanya-tanya, apakah ASI perah yang disimpan di kulkas atau freezer benar-benar aman dari bakteri? Sebagai ibu yang memompa ASI, memahami tentang bakteri dalam ASI perah bukan sekadar pengetahuan tambahan, tapi kebutuhan penting untuk menjaga kesehatan si kecil. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang fakta ilmiah, cara pencegahan, hingga tips penyimpanan yang tepat agar ASI perah tetap berkualitas.

Mengapa ASI Perah Bisa Mengandung Bakteri?

ASI sebenarnya memiliki sistem pertahanan alami yang luar biasa. Penelitian dari jurnal Nutrients (2018) menunjukkan bahwa ASI mengandung lebih dari 700 spesies bakteri yang sebagian besar bersifat probiotik dan bermanfaat untuk sistem pencernaan bayi. Namun, kontaminasi bakteri berbahaya bisa terjadi saat proses pemerahan dan penyimpanan yang tidak higienis.

Bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus, E. coli, dan Salmonella dapat masuk ke dalam ASI perah melalui beberapa jalur. Tangan yang tidak dicuci bersih, botol pompa ASI yang tidak disterilkan, atau bahkan udara di sekitar area memompa bisa menjadi sumber kontaminasi. Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Human Lactation (2020) menemukan bahwa 23% sampel ASI perah yang disimpan di rumah mengandung bakteri melebihi batas aman karena prosedur kebersihan yang kurang optimal.

Yang perlu Mums pahami, tidak semua bakteri dalam ASI itu berbahaya. Faktanya, mikrobioma ASI yang sehat justru membantu membangun sistem imun bayi. Namun, keseimbangan ini bisa terganggu jika bakteri patogen berkembang biak akibat penyimpanan yang tidak tepat.

Jenis-Jenis Bakteri dalam ASI Perah

Bakteri Baik (Good Bacteria)

ASI secara alami mengandung bakteri probiotik seperti Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Staphylococcus epidermidis. Menurut penelitian dari Frontiers in Microbiology (2019), bakteri-bakteri ini berperan penting dalam:

Pertama, membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi pada bayi. Kedua, melindungi usus bayi dari infeksi patogen dengan menciptakan lingkungan asam yang tidak ramah bagi bakteri jahat. Ketiga, melatih sistem imun bayi untuk mengenali dan melawan mikroorganisme berbahaya.

Komposisi bakteri baik dalam ASI perah akan tetap terjaga selama proses penyimpanan dilakukan dengan benar. Penelitian menunjukkan bahwa ASI yang disimpan pada suhu -18°C dapat mempertahankan kualitas mikrobioma hingga 6 bulan.

Bakteri Berbahaya (Pathogenic Bacteria)

Kontaminasi bakteri patogen dalam ASI perah bisa terjadi kapan saja jika Mums tidak waspada. Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling sering ditemukan dalam ASI perah yang terkontaminasi, terutama jika Mums mengalami mastitis atau luka pada puting.

Baca Juga:  Mengatasi Bayi Suka Begadang: Panduan Lengkap & Teruji Agar Mums Bisa Tidur Nyenyak

Bakteri E. coli dan Klebsiella juga dapat masuk melalui peralatan pompa yang tidak steril. Gejala bayi yang mengonsumsi ASI terkontaminasi bisa berupa diare, muntah, demam, atau rewel berkepanjangan. Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa bayi prematur dan yang memiliki sistem imun lemah lebih rentan mengalami infeksi serius akibat ASI terkontaminasi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

Suhu penyimpanan adalah faktor krusial dalam mengendalikan pertumbuhan bakteri. Penelitian dari Breastfeeding Medicine (2021) membuktikan bahwa ASI perah yang disimpan pada suhu ruang (25°C) hanya bertahan aman selama 4-6 jam. Setelah itu, jumlah bakteri meningkat drastis hingga 10 kali lipat.

ASI yang disimpan di kulkas dengan suhu 4°C dapat bertahan hingga 4 hari dengan pertumbuhan bakteri yang minimal. Sementara penyimpanan di freezer dengan suhu -18°C atau lebih rendah dapat menjaga kualitas ASI hingga 6-12 bulan tanpa pertumbuhan bakteri yang signifikan.

Kebersihan saat memompa juga tidak kalah penting. Sebuah survei dari Academy of Breastfeeding Medicine menemukan bahwa 67% ibu menyusui tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum memompa ASI. Padahal, tangan adalah sumber utama transfer bakteri ke dalam ASI perah. Peralatan pompa yang tidak disterilkan setelah setiap penggunaan juga menjadi rumah bagi bakteri untuk berkembang biak.

Durasi penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan kualitas komponen antibakteri alami dalam ASI. Enzim lysozyme dan lactoferrin yang berfungsi sebagai antimicrobial akan menurun aktivitasnya seiring waktu, membuat ASI lebih rentan terhadap kontaminasi.

Cara Mencegah Kontaminasi Bakteri dalam ASI Perah

Kebersihan Tangan dan Payudara

Langkah pertama yang harus Mums lakukan adalah mencuci tangan dengan sabun minimal 20 detik sebelum memompa. Gunakan air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih atau tisu sekali pakai. Jangan lupa membersihkan area payudara dengan kain lembap jika diperlukan, terutama jika Mums menggunakan krim atau lotion.

Hindari penggunaan sabun antibakteri berlebihan pada payudara karena bisa mengganggu keseimbangan mikrobioma alami kulit. Cukup bersihkan dengan air bersih atau tisu khusus bayi yang aman.

Sterilisasi Peralatan Pompa ASI

Merebus semua komponen dalam air mendidih selama 5-10 menit. Metode ini terbukti efektif membunuh 99,9% bakteri dan virus. Menggunakan sterilizer elektrik atau uap yang lebih praktis dan cepat. Merendam dalam larutan sterilisasi khusus yang bisa dibeli di apotek atau toko perlengkapan bayi.

Pastikan semua komponen benar-benar kering sebelum disimpan atau digunakan kembali. Kelembapan adalah tempat favorit bakteri untuk berkembang biak. Simpan peralatan yang sudah steril dalam wadah tertutup yang bersih.

Teknik Penyimpanan ASI Perah yang Benar

Gunakan kantong ASI khusus atau botol kaca/plastik BPA-free yang sudah disterilkan. Hindari mengisi wadah terlalu penuh karena ASI akan mengembang saat membeku. Sisakan ruang sekitar 2-3 cm dari bibir wadah.

Label setiap wadah dengan tanggal dan jam pemerahan menggunakan spidol permanen. Terapkan sistem FIFO (First In First Out) agar ASI yang lebih dulu diperah dikonsumsi lebih dahulu. Simpan ASI di bagian belakang kulkas atau freezer, bukan di pintu, karena suhu di area pintu tidak stabil.

Jangan pernah mencampur ASI segar dengan ASI yang sudah dingin atau beku secara langsung. Dinginkan terlebih dahulu ASI segar di kulkas selama 1-2 jam, baru kemudian bisa dicampur dengan ASI dingin yang sudah ada.

Tanda-Tanda ASI Perah Terkontaminasi Bakteri

Mums perlu waspada jika ASI perah menunjukkan perubahan yang mencurigakan. Bau asam atau tengik yang sangat menyengat adalah tanda pertama bahwa ASI sudah rusak. ASI segar memang bisa berbau sedikit sabun atau metalik, tapi ini normal dan disebabkan oleh enzim lipase yang memecah lemak.

Perubahan warna yang drastis, seperti menjadi kekuningan pekat, keabu-abuan, atau berbercak, bisa mengindikasikan kontaminasi. ASI normal bisa berwarna putih, kekuningan, kebiruan, atau bahkan kehijauan tergantung makanan yang Mums konsumsi, tapi perubahan warna mendadak yang disertai bau tidak sedap perlu diwaspadai.

Tekstur yang menggumpal atau berpisah secara ekstrem (tidak menyatu kembali setelah digoyangkan) juga menandakan ASI sudah tidak layak konsumsi. Penelitian dari Pediatric Research (2020) menyarankan untuk selalu melakukan sniff test dan visual check sebelum memberikan ASI perah kepada bayi.

Fun Fact: ASI Perah dan Mikrobioma

Tahukah Mums bahwa komposisi bakteri dalam ASI bisa berbeda pada pagi dan malam hari? Sebuah studi menarik dari PLOS ONE (2019) menemukan bahwa ASI yang dipompa di malam hari mengandung lebih banyak bakteri yang memproduksi melatonin dan tryptophan, senyawa yang membantu bayi tidur lebih nyenyak.

Baca Juga:  Benarkah Menyusui Sambil Tidur Menyebabkan Bayi Cacingan? Fakta dan Mitos

Penelitian lain dari Universidad Complutense de Madrid menemukan bahwa bakteri dalam ASI ibu yang tinggal di daerah perkotaan berbeda dengan yang tinggal di pedesaan. Faktor lingkungan, pola makan, dan bahkan metode persalinan (normal atau caesar) ternyata mempengaruhi komposisi mikrobioma ASI.

Yang lebih mengejutkan, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa bakteri baik dalam ASI perah yang disimpan beku justru lebih stabil dibanding ASI segar yang disimpan di kulkas terlalu lama. Ini karena pembekuan menghentikan aktivitas metabolisme bakteri, sehingga populasi bakteri baik tetap terjaga.

Solusi Penyimpanan ASI Perah yang Optimal

Untuk menjaga kualitas ASI perah dan mencegah kontaminasi bakteri, Mums memerlukan freezer dengan suhu yang stabil dan konsisten. Fluktuasi suhu adalah musuh utama kualitas ASI karena bisa menyebabkan bakteri berkembang biak saat proses thawing tidak sempurna.

Banyak Mums yang mengalami kesulitan karena freezer rumah sering dibuka-tutup atau digunakan bersama bahan makanan lain yang bisa menyebabkan kontaminasi silang. Untuk memastikan ASI perah Mums tersimpan dalam kondisi optimal, pertimbangkan untuk menggunakan layanan sewa freezer ASI khusus yang dirancang untuk menjaga suhu ideal penyimpanan ASI.

Mum ‘N Hun menyediakan solusi sewa freezer ASI dengan teknologi pendinginan yang stabil dan higienis, sehingga Mums bisa lebih tenang karena stok ASI perah tersimpan dengan aman. Dengan freezer khusus ASI, risiko kontaminasi bakteri bisa diminimalkan secara signifikan.

Kesimpulan

Memahami tentang bakteri dalam ASI perah adalah langkah penting untuk memastikan si kecil mendapatkan nutrisi terbaik tanpa risiko kesehatan. ASI memang mengandung bakteri alami yang bermanfaat, namun kontaminasi bakteri patogen bisa terjadi jika proses pemerahan dan penyimpanan tidak dilakukan dengan benar.

Kunci utamanya adalah menjaga kebersihan tangan, mensterilkan peralatan pompa, dan menyimpan ASI pada suhu yang tepat. Dengan menerapkan praktik-praktik yang sudah dijelaskan di atas, Mums bisa memberikan ASI perah yang berkualitas dan aman untuk buah hati tercinta. Ingat, investasi waktu dan perhatian untuk menjaga kualitas ASI perah adalah bentuk cinta terbesar untuk tumbuh kembang optimal si kecil.


Referensi

Penulis: Santika Reja

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: October 15, 2025

Scroll to Top